Spesies Terumbu Karang Mirip Bunga Kamboja Ditemukan di Bali
Euphylia Baliensis sp. terumbu karang jenis baru di perairan Bali. Foto: Conservation International
Ada kabar baik bagi para penggemar keindahan bawah laut. Spesies baru terumbu karang kembali ditemukan di kawasan perairan Bali.
Euphylia baliensis sp., demikian spesies baru terumbu karang
yang ditemukan dalam sebuah penelitian untuk memetakan potensi kelautan
Bali yang dilaksanakan sejak tahun 2011 lalu.
“Saat itu saya bersama teman-teman melakukan sebuah survey kelautan
komprehensif, seluruh Bali kita petakan, sehingga kita mendapatkan
informasi yang sangat menarik. Ternyata, hasil penyelaman kita, kita
menemukan spesies terumbu karang baru di Bali yang berjenis karang
keras, satu satunya spesies karang yang bisa memproduksi pasir,” Country
Executive Director CI Indonesia, Ketut Sarjana Putra menjelaskan kepada
Mongabay-Indonesia.
Euphylia Baliensis memiliki bentuk yang sangat unik, mirip seperti
bentuk bunga kamboja. Seperti diketahui, bunga kamboja merupakan salah
satu jenis bunga yang seringkali diidentikkan dengan Bali. “Karena
bentuknya yg sangat unik, dan prototipe dengan jenis bunga jepun,
underwater, jadi kami sepakat beri nama Bali,” ujar Sarjana.
Euphylia baliensis memiliki beberapa karakter morfologi yang berbeda dengan jenis karang lainnya dari genus
euphyllidae.
E. baliensis memiliki
corallites
yang relative lebih kecil (dengan diameter rata-rata 3mm), dengan
cabang yang lebih kurus, pendek dan sedikit terklasifikasi. Memiliki
tentakel yang tumpul, berwarna merah gelap hingga cokelat dengan bagian
dasar berwarna agak kehijauan ujung berwarna krem.
Menurut Sarjana Putra, jenis karang baru ini hanya dijumpai pada
kedalaman 27 – 37 meter di perairan sekitar Padangbai-Candidasa, di
Kabupaten Karangasem, Bali.
“Kami belum pernah menemukan spesies ini di tempat lain di dunia. Di Raja Ampat misalnya, kita
gak ketemu. Padahal Raja Ampat adalah gudangnya terumbu karang. Tapi spesies ini
nggak
ada di sana. Kita cek di Lombok, kita cek di tempat tempat lain, di
wilayah wilayah penyelaman yang unik, kita nggak ketemu spesies ini,”
ujar Sarjana.
Karena tidak dijumpai di tempat lain, E
uphylia baliensis
diperkirakan merupakan jenis endemik yang sangat dipengaruhi oleh arus
lintas Indonesia (Arlindo) yang melintasi selat Lombok. Arus lintas
Indonesia adalah arus dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia lewat
berbgai selat, yang disebabkan oleh perbedaan tinggi paras laut antara
kedua samudera tersebut.
Pengaruh Arlindo yang sangat kuat juga memberikan kesan bahwa wilayah
perairan di Bali memiliki tingkat keunikan yang cukup tinggi. Dalam hal
ini, pengaruh Arlindo yang kuat dipercaya mampu membatasi ataupun
mendorong rekrutmen (penambahan populasi) di berbagai tempat. Hal ini
juga sekaligus menjadi salah satu faktor yang menjadikan wilayah
perairan di Bali memiliki nilai konservasi yang cukup tinggi.
Hingga kini, timnya belum melakukan penelitian lanjutan atas jumlah
populasi spesies terumbu karang baru itu. “Sementara ini, kami hanya
menemukan tiga koloni terumbu karang. Mungkin dulu ada banyak. Namun
lama kelamaan, dia mengecil. Karena itu perlu upaya perlindungan atas
terumbu karang itu segera,” ia menambahkan.
Saat ini pemerintah kabupaten Karangasem telah memasukkan beberapa
wilayah perairan sebagai kawasan konservasi dalam penyusunan Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) kabupaten
Karangasem yang meliputi perairan sekitar Padangbai-Candidasa serta
wilayah perairan sekitar Amed dan Tulamben. Pengembangan Kawasan
Konservasi Perairan (KKP) dan jejaringnya di Bali merupakan salah satu
pendekatan pengelolaan yang memungkinkan pemanfaatan sumberdaya pesisir
dan laut secara berkelanjutan. Selain mendukung perekonomian masyarakat
baik dari sektor pariwisata maupun perikanan, pengembangan KKP dan
Jejaringnya di Bali juga sekaligus sebagai salah satu bentuk pengelolaan
Bali sebagai satu kesatuan ekosistem pulau kecil.
“Kita harus melakukan perlindungan atas terumbu karang kita, karena
ini aset, terutama untuk pariwisata. Wisatawan mau datang ke Bali, khan
salah satunya karena alam bawah airnya. Kalau itu nggak ada, mereka
tidak akan datang,” Sarjana mengingatkan.
Dalam catatan CI Indonesia, tidak kurang dari 406 jenis terumbu
karang yang telah diidentifikasi di perairan pulau Bali hingga Nusa
Penida. Jumlah ini belum termasuk belasan jenis karang lainnya yang
memerlukan kajian taksonomi lebih lanjut.